Senin, 20 Mei 2024

Ritual Ngembak Geni Dilakukan Sederhana

- Jumat, 27 Maret 2020 | 15:27 WIB
CEK SUHU TUBUH: Umat Hindu yang datang ke Pura Swasty Dharma di Desa Sukoreno, Umbulsari, harus melewati petugas yang mengecek suhu tubuh, kemarin (26/03).
CEK SUHU TUBUH: Umat Hindu yang datang ke Pura Swasty Dharma di Desa Sukoreno, Umbulsari, harus melewati petugas yang mengecek suhu tubuh, kemarin (26/03).

UMBULSARI.RADARJEMBER.ID- Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, pada upacara Ngembak Geni di Pura Swasty Dharma, Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari, dilakukan cukup sederhana. Ini sesuai anjuran pemerintah untuk mencegah penyebaran virus korona atau Covid-19.

Kendati begitu, masih ada umat Hindu yang datang ke rumah ibadah tersebut. Karenanya, sebagai antisipasi, petugas memeriksa suhu tubuh setiap pengunjung yang akan masuk ke pura. Petugas juga menyediakan cairan pembersih tangan. Setiap umat yang datang diminta mensterilkan tangan mereka menggunakan hand sanitizer tersebut.

Upacara Ngembak Geni merupakan ritual penutup dari Catur Brata menyambut Tahun Baru Saka 1942 yang bertepatan dengan tahun 2020 ini. Acara itu diselenggarakan Kamis (26/03) kemarin. Ratusan umat Hindu Dharma dari Desa Sukoreno hadir untuk mengikuti upacara tersebut.

Ngembak Geni, ritual yang biasa dikerjakan umat Hindu sehari setelah Hari Raya Nyepi Ngembak Geni merupakan bahasa Bali yang memiliki makna bebas menyalakan api. Namun, saat ritual ini dilakukan, umat Hindu tidak boleh menyalakan api (amati geni), tidak boleh bekerja (amati karya), tidak boleh bepergian (amati lelungan). Selain itu, dilarang mendengarkan musik atau berhibur (amati lelagunan).

Pada hari Ngembak Geni, umat Hindu melakukan sembahyang dan memanjatkan doa kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Mereka memohon agar pada tahun baru Saka mereka diberikan kemudahan, kebaikan, dan kembali menjadi manusia baru lagi yang bersih juga suci dari segala dosa di masa lalu.

Selanjutnya, dalam Ngembak Geni juga dilakukan Dharma Santi, yakni bersilaturahmi dan saling memaafkan, baik di lingkungan teman, keluarga, maupun masyarakat. Setelah itu, seluruh aktivitas baik pekerjaan, perjalanan, dan yang lain, boleh dilakukan lagi oleh umat Hindu.

Ritual tersebut merupakan rangkaian dalam pelaksanaan Hari Raya Nyepi. Upacara ini dilakukan sehari setelah Nyepi. Sedangkan sebelumnya, umat Hindu melakukan upacara Melasti dan Pengerupukan atau mengarak ogoh-ogoh. Hanya saja, tahun ini semua ritual dalam rangkaian Hari Raya Nyepi dilakukan cukup sederhana, termasuk upacara Melasti. Bahkan, pawai ogoh-ogoh  sampai batal digelar. Hal ini untuk menghindari penyebaran Covid-19.

Sementara itu, pada upacara Ngembak Geni tersebut, pelaksanaan ritual dijaga ketat oleh anggota Polsek dan Koramil Umbulsari. Selain itu, juga dijaga anggota Linmas Desa Sukoreno dan petugas kesehatan dari Puskesmas Umbulsari.

Setiap umat yang masuk ke Pura Swasty Dharma harus dicek suhu badannya dan membasuh tangan. Tak hanya itu, setiap umat Hindu yang datang juga harus disemprot disinfektan. “Upacara Ngembak Geni berjalan lancar, khusyuk, dan aman,” ujar Wahyu Widodo, Pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jember.

Karena upacara ini bersamaan dengan ramainya pencegahan virus korona, maka juga dilakukan dengan sederhana. Kata dia, yang datang hanya sebagian saja, karena memang sudah ada larangan tidak boleh ada kerumunan massa. “Untuk tahun ini memang dilakukan secara sederhana,” tandasnya. (*)

Editor: Radar Digital

Terkini

X